Jasa Pahlawan di Meulaboh

“Bangsa Yang Besar adalah  bangsa yang Menghargai Jasa Pahlawan” (Soekarno). Kata itu pernah dilontarkan oleh pemimpin bangsa Indonesia soekarno untuk mengingatkan kepada para penerus bangsa untuk benar – benar mengingat akan jasa pahlawan. Sejatinya kemerdakaan yang kita rasakan saat ini adalah hasil tumpah darah para pahlawan terdahulu.

Baca lebih lanjut

UNSYIAH DAN JALANAN

Opini

Oleh :  Rahmad Nuthihar

Bulan November sudah berlalu dan kini memasuki bulan desember yang sama – sama berinfiksasi [–ER]. Membawa kabar gembira petanda bahwasanya musin hujan telah tiba. Namun bulir air yang menadahi bumi itu menjadi kisah pilu tersendiri bagi mahasiswa Unsyiah. perjalanan para penuntut ilmu terganggu dengan rembesan hujan yang menadahi bumi. Lintasan yang mereka lalui  saat semula berlobang namun ketika air hujan menetesi ke bumi membentuk sebuah genangan air.

Suara riuh lalu akan lalang kendaraan saat matahari menyising, sebuah pemadangan yang sangat luar biasa kita temui.  Para anak negeri ini berjuang secepat mungkin tiba di kampus untuk mengisikan kursi yang paling depan. Menjelang pukul 07.45 s/d 08.30 tak ayalnya kemacetan pun terjadi  kemacetan sehingga mengundang beberapa pihak kepolisian dan dinas perhubungan untuk memantau lalu lintas di seputaran kopelma darusalam. Berbagai kendaran mencoba mencoba saling mendahului seraya mencengah kenderaanya terperosok kejalanan yang tergenang  air. Menurut pantauan penulis jalanan yang tingkat kerusakannya paling  parah terdapat di JL. Inoeng bale (jalan menuju kampus ekonomi)  serta Jl. Syekh Abdurauf (menuju kampus FKIP, Hukum).

Baca lebih lanjut

Perempuan dan Perdamaian Ditayangkan di TV Eng Ong

Perempuan dan Perdamaian Ditayangkan di TV Eng Ong
TV Eng Ong kembali hadir di tengah masyarakat desa di Aceh selama enam hari terhitung sejak Jumat (16/9) hingga Rabu (21/9). Kali ini pentas penutur Aceh modern itu berkeliling ke enam desa di Kabupaten Aceh Besar dengan tayangan bertema peran perempuan di Aceh setelah perdamaian.

Keenam desa tersebut yakni Desa Terbeuh di Jantho pada Jumat (16/9), Desa Lambaroe Seubun di Lampuuk pada Sabtu (17/9), Desa Krueng Lam Kareung di Indrapuri pada Minggu (18/9), Desa Jruek Bak Kreh di Indrapuri pada Senin (19/9), Desa Lamlueng di Indrapuri pada Selasa (20/9) dan Desa Lamreh di Siem pada Rabu (21/9).

Pada pentas yang disutradarai Akmal M Roem itu menghadirkan penutur Ampon Wig (Rasyidin), Cut Po Ramlah (Hanum Indria), Agus Bombom (Agus Rifandi) dan Syeh Mop-mop (Fuadi).

Begitu TV Eng Ong diputar, Ampon Wig memulai pentas seni tutur Aceh modern tersebut dengan menceritakan sebuah dongeng tentang konflik yang terjadi dalam sebuah keluarga. Akibat dari pertikaian antara suami dan istri sehingga anaknya tidak bisa mendapatkan hak-haknya yang semestinya dinikmati dengan damai.

Di penghujung cerita, karena pertikaian pasangan suami-istri tersebut tak kunjung berakhir, mereka menumui perangkat tuha peut di gampongnya. “Baru setelah suami-istri berkonsultasi dengan perangkat tuha peut akhirnya pertikaian tersebut bisa terselesaikan dengan bijaksana,” sebut Ampon Wig. Baca lebih lanjut

Tarawih

Oleh ║Nazar Shah Alam

 Anjali dilanda gamang dan kesal. Maka ia mengirimkan para anggota Gank Apache surat. Surat itu berisi pengaduan tentang sikap orang kampungnya yang egoistis. Betapa tidak, Anjali yang pada dasarnya adalah seorang yang yang rajin beribadah, pada malam pertama dan kedua tarawih tidak dapat tempat untuk berdiri. Beruntung Samaun juga sedang berada di kampung sehingga ia mengajak Anjali pindah tempat ibadah ke kampung tetangga mereka, Gleumpang yang memiliki masjid lebih luas.

Dari kampung mereka, Durian Bahtera, Anjali dan Samaun berjalan dengan menggunakan sepeda motor Samaun yang batuk-batuk. Di tengah perjalanan sepeda motor Samaun bocor ban pula. Maka mereka menitipkan sepeda motor itu di sebuah rumah di kampung Gleumpang dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Berikut isi surat Anjali: Baca lebih lanjut

Lukaku Belum Sembuh namun namaku sudah tercoreng ( Suana Politik Aceh )

Menjelang Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) suasana politik provinsi aceh saat ini semakin memanas, dikarenakan banyak pihak yang tidak menyetujui adanya calon dari Independen non Parpol. Salah satu calon berasal dari independent adalah gubernur aceh sendiri, yaitu Irwandi Yusuf yang menjabat hingga hingga akhir periode ini. Beliau mendukung adanya calon dari independen Sementara di kubu DPR Aceh (DPRA) tidak menyetujui pencalonan dari independen. Sehingga paradigma antara Gubernur dan DPRA saling bertolak belakang dan berkesan 1 orang melawan kerumunan masa. Mengenai pencalonan independent sendiri sudah tertuang dalam keputusan KIP ( Komisi Independen Pemilihan) Nomor 11 tentang Pemerintahan Aceh. mengenai teknik pelaksaannya dirinici dalam dalam Qanun Nomor 2, 3, dan 7 Tahun 2006.
Baca lebih lanjut

Budaya jak meu urõh

Sebuah pesta tanpa dihadiri oleh kerabat family rasanya tidak lengkap. Apalagi hari tersebut adalah peristiwa yang bersejarah dan tak akan terulang kedua kali bagi pasangannya masing – masing. Maka sangat penting untuk disampaikan kepada khalayak umum tentang jadwal berlangsunnya resepsi pernikahan itu. Dalam menyampaikan khabar acara tersebut bisa dilakukan dengan banyak ragam. diantaranya, menyebarkan undangan, memuatnya di media, datang kesetiap rumah – rumah untuk memberitakannya ataupun membuatnya di media cetak, tapi ini hanya untuk kalangan yang berada. Ada juga hal yang sederhana dan tidak memerlukan biaya yang besar adalah dengan mengirim utosan (utusan). Kebanyakan masyarakat aceh utusan yang dipilih adalah saudara dekat dari empunya yang mengadakan pesta. Tugas utusan ini sendiri menyampaikan

ranup sigapu

ranup sigapu

Baca lebih lanjut

Siapa dalang tsunami di Aceh

Siapa dalang tsunami di Aceh

 

Oleh Rahmad Nuthihar

 

7 tahun berlalu, diantara sejuta kemurkaan masih terasa di lubuk hati ini, suara tangisan dan puing – puing bangunan masih terbayang jelas di kepala. Apalagi bagiku sendiri yang telah kehilangan ibu kandungku, memilukan bila mengingat peristiwa tsunami yang melanda Aceh 26 desember 2004 silam. Bencana ini dikategorikan musibah Internasional sehingga mengundang simpati dari berbagai pihak  asing untuk menjadi donator di provinsi aceh. siapa saja bebas masuk ke Aceh pada waktu itu, tanpa menggunakan paspor.  apalagi kedatangan mereka adalah untuk membantu korban bencana, saat itu provinsi Aceh seperti pelabuhan bebas tanpa ada larangan untuk menambangkan perahunya disini.

Masyarakat aceh percaya ini tsunami merupakan bencana alam murni tanpa rekayasa, apalagi dengan paradigma masyarakat mengatakan  “kuasa Allah untuk menyadarkan umat islam agar tidak berbuat zalim dimuka bumi”. Begitu juga dengan beberapa pendapat para teory ahli geofisika mengatakan hal serupa “tsunami terjadi lantaran pergerakan bumi yang tidak pada porosnya dan permukaan tanah yang tidak rata sehingga timbul perubahan bentuk bawah laut bergeser kemudian pasang laut menjadi besar dan menjadi tumpah ke darat”.
Baca lebih lanjut

Pantôn Aceh

Pantun merupakan bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yg bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi (KBBI), begitu juga dalam karya sastra aceh dikenal juga dengan pantun (Pantôn). Tak terlepas dari kaidah semantik, pantôn aceh juga memiliki syarat yang sama halnya yang terdapat dalam pantun bahasa Indonesia. Pembagian panton aceh juga dipisahkan antara umur penggunanya, diantaranya (Pantôn Aneuk Miet, Pantôn Aneuk Muda, dan Pantôn Uréng Tuha).

Karya sastra aceh berupa pantun ini tidak bisa dipisahkan dengan tempat penggunanya, orang aceh sendiri sangat seksama menempatkan tempat dimana untuk membacakan pantun ini. Sehingga digolongkan menjadi : (Pantôn mu ba e ( duka cita), Pantôn ayôn (meninabobokan anak), aneuk, Pantôn uroe kiamat, Pantôn prang sabi, pantÔn meuratoh, Pantôn meulayeng, Pantôn mehoi, Pantôn meusenda (jenaka), Pantôn jaga tuloe (aneuk muda) Pantôn agama, Pantôn adat, Pantôn nasihat).

Maksud yang diutarakan dalam panton aceh juga beragam, dahulu kala pantun ini digunakan untuk menyambut pasangan antar lintöé / dara baroé. Mereka saling berbalasan pantun, jika salah satu diantara mereka tidak ada yang kalah maka budaya berbalas pantun terus dilanjutkan hingga diantara mereka ada yang kalah, jika si tuan rumah kalah ketika berbalas pantun maka tamunya dipersilahkan masuk kerumah, namun adaikata si pengantar linto / darabaroe yang kalah. Maka mereka tidak diperkenankan masuk kerumah, dan kembali pulang kerumahnya. Namun mengingat banyak mudharat yang ditimbulkan budaya berbalas pantun (séumapa) maka tradisi lama ini tidak dipakai dan lebih ditinggalkan, meskipun ada, hanya sebatas membalas pantun biasa (Sastra Daerah Aceh ) Baca lebih lanjut

Kopi Ulee kareng Siapa Punya Nama

Opini
Rahmad Nuthihar

Kopi Ulee Kareng

Kopi Ulee Kareng

Segelas kopi hangat bisa kita nikmati dengan cara menyeduhnya sendiri dengan membelinya di warung kopi . Bagi penikmat kopi, menjadi rutinitas mereka untuk menseruputi minimal dalam satu hari 2 gelas kopi diminumnya , bila tidak, ada saja perasaan yang bertuliskan “kopi ulee kareng”. Bahkan kepopulerannya sampai ke luar aceh sana. Kenikmatan yang dihasilkan dari sari kopi ini luar biasa sehingga, banyak penikmat kopi menjadi ketagihan. Baca lebih lanjut